Pembelajaran Kontekstual



 

A. Latar belakang

Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang

Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil

Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya,

guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola

kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual

B. Pemikiran tentang belajar

Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai

berikut.

1. Proses belajar



Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan di

benak mereka.



Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari

pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.



Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan

mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.



Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang

terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.



Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.



Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi

dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.



Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus

seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.

2. Transfer Belajar



Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.



Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi

sedikit)



Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan

pengetahuan dan keterampilan itu

3. Siswa sebagai Pembelajar



Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang

anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.



Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan

tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.



Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah

diketahui.



Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.

4. Pentingnya Lingkungan Belajar



Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.



Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru

mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.



Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.



Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

C. Hakekat Pembelajaran Kontekstual

Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)

D. Pengertian Pembelajaran Kontekstual

1. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.

2. Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat

E. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional

Kontekstual

1. Menyandarkan pada pemahaman makna.
2. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa.
3. Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

4. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan. 5. Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. 6. Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.

7. Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir

kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).
8. Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
9. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
10. Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat subyektif.
11. Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan.
12. Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.
13. Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting.
14. Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.

Tradisional

1. Menyandarkan pada hapalan
2. Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.
3. Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.
4. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan.
5. Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan.
6. Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.

7. Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas,

mendengar ceramah, dan mengisi latihan (kerja individual).
8. Perilaku dibangun atas kebiasaan.
9. Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
10. Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.
11. Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.
12. Perilaku baik berdasarkan motivasi entrinsik.
13. Pembelajaran terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas.
14. Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.

 

F. Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas

Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.

Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,

dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya

1. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
2. kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
3. Ciptakan masyarakat belajar.
4. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
5. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
6. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

G. Tujuh Komponen Pembelajaran Kontekstual

1. Konstruktivisme



Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada

pengetahuan awal.



Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima

pengetahuan

2. Inquiry



Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.



Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis

3. Questioning (Bertanya)



Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.



Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry

4. Learning Community (Masyarakat Belajar)



Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.



Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.



Tukar pengalaman.



Berbagi ide

5. Modeling (Pemodelan)



Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.



Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya

6. Reflection ( Refleksi)



Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.



Mencatat apa yang telah dipelajari.



Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok

7. Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)



Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.



Penilaian produk (kinerja).



Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual

H. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual



Kerjasama

(aandesanjaya.blogspot.com)

 

Pembelajaran Kontekstual (Contexlual Teaching and Learning)

Muhammad Faiq Dzaki

Menurut Rachmadiarti (2002) suatu proses kegiatan belajar mengajar dapat dikatakan berorientasi pada Contextual Teaching and Learning (CTL) apabila mempunyai tujuh pilar yaitu: (1) Inkuiri (inquiry); (2) bertanya (questioning); (3) konstruktivisme (constructivism); (4) masyarakat belajar (learning community); (5) penilaian autentik (autentic assesment); (6) refleksi (reflection); dan (7) pemodelan (modelling).

Pada pengembangan model dan strategi pembelajaran, prinsip-prinsip CTL banyak memberikan sumbangan terhadap pengembangan model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning/CL) dan model pengajaran berdasarkan masalah (Problem Based Instructions/PBI). Hal ini disebabkan karena prinsip-prinsip CTL ini temyata sangat terkait erat dengan teori konstruktivis. Di samping itu, salah satu pilar CTL tentang pemodelan memberikan sumbangan terhadap model pengajaran langsung (Direct Instructions/ DI). Demikian pula dengan aplikasi prinsip CTL lainnya tercermin pada strategi pembelajaran (Learning Sgrategy/LS).

Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning/CL)
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.

Model Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction/PBI)
Secara garis besar PBI terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Peranan guru dalam PBI adalah mengajukan masalah, memfasilitasi penyelidikan dan dialog siswa, serta mendukung belajar siswa. PBI diorganisasikan di sekitar situasi kehidupan nyata yang menghindari jawaban sederhana dan mengundang berbagai pemecahan yang bersaing. Adapun ciri-ciri utama PBI meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, suatu pemusatan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerja sama serta menghasilkan karya atau peragaan. PBI tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak‑banyaknya kepada siswa. PBI utamanya dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berflkir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual.

Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction/DI)
Model Pembelajaran langsung merupakan suatu model pengajaran yang sebenamya bersifat teacher center Dalam menerapkan model pengajaran langsung, guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah. Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa.
Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan pengetahuan prosedural dan deklaratif
Blog dengan ID 33471 Tidak ada
Strategi Belajar (Learning Strategy)
Akhirnya, adalah sangat penting bagi guru untuk membantu para siswanya menguasai strategi belajar. Strategi belajar merupakan alat untuk membantu siswa belajar dengan kemampuannya sendiri Proses‑proses ini digunakan untuk membantu siswa "belajar bagaimana belajar” (learn how to learn), yaitu bagaimana memahami, menyimpan dan mengingat kembali keterampilan atau informasi. Strategi‑strategi belajar dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu strategi pengulangan, strategi elaborasi, strategi organisasi dan strategi metakognitif

Multi ModelMerupakan penggabungan beberapa model pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan kontekstual.

CTL - Contextual teaching and learning adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Untuk itu ada beberapa catatan dalam penerapan CTL sebagai suatu strategi pembelajaran, diantaranya:

 


  1. Strategi pembelajaran kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.

  2. Strategi pembelajaran kontekstual memandang bahwa belajar bukan menghafal akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata.

  3. Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan.

  4. Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri bukan hasil pemberian dari orang lain.


 

Dari uraian di atas ada beberapa hal yang perlu dipahami tentang CTL, pertama strategi pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks ini tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.
Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal siswa dalam mengarungi kehidupan nyata. Pembelajaran Kontekstual

 

 

(wordpress.com)

CTL merupakan strategi yang melibatkan seswa secara penuh dalam proses pembelajarannya. Siswa didorong ntuk beraktifitas mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan dipelajarinya. Belajar dalam konteks CTL adalah proses pengalaman secara langsung..

A. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual

Contextual teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penh ntuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Ada tiga hal yang harus dipahami. Pertama CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, kedua CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, ketiga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan.

Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL.

  1. Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge)

  2. Pembelajaran ntuk memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge)

  3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge)

  4. Mempraktikan pengetrahuan dan pengalaman tersebut (applying knomledge)

  5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge)


B. Latar Belakang Filosofi dan Psikologis CTL

1.   Latar belakang Filosofis

CTL banyak dipengarhi oleh filsafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget. Piaget berpendapat, bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan “skema”. Skema terbentuk karena pengalaman, dan proses penyempurnaan skema itu dinamakan asimilasi dan semakin besar pertumbuhan anak maka skema akan semakin sempurna yang kemudian disebut dengan proses akomodasi.

Pendapat Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran, diantaranya model pembelajaran kontekstual.. menurut pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa.

2.   Latar belakangPsikologis

Dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respon. Belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi, dan kemampuan atau pengalaman.

Ada yang perlu dipahami tentang pbelajar dalam konteks CTL.

  1. Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengkontruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki

  2. Belajar bukan sekedar mengumnpulkan fakta yang lepas-lepas.

  3. Belajar adalah proses pemecahan masalah

  4. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang dari yang sederhana menuju yang kompleks

  5. Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan.


C. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensioanal






























































NO



Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensioanal



CTL



Pembelajaran Konvensional



1



Siswa sebagai subjek belajar



Siswa sebagai objek belajar



2.


Siswa belajar melalui kegiatan kelompokSiswa lebih banyak belajar secara individu

3.


Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyataPembelajaran bersifat teoritis dan abstrak

4


Kemampuan didasarkan atas pengalamanKemampuan diperoleh dari latihan-latihan

5


Tujuan akhir kepuasan diriTujuan akhir nilai atau angka

6



Prilaku dibangun atas kesadaran



Prilaku dibangun oleh factor dari luar



7


Pengetahuan yang dimiliki individu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminyaPengetahuan yang dimiliki bersifat absolute dan final, tidak mungkin berkembang.

8


Siswa bertanggungjawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaranGuru penentu jalannya proses pembelajaran

9


Pembelajaran bisa terjadi dimana sajaPembelajaran terjadi hanya di dalam kelas

10


Keberhasilan pembelajaran dapat diukur dengan berbagai caraKeberhasilan pembelajaran hanya bisa diukur dengan tes

D. Peran Guru dan Siswa dalam CTL

Setiap siswa mempunyai gaya yang berbeda dalam belajar. Perbedaan yang dimiliki siswa tersebut dinamakan sebagai unsure modalitas belajar. Menurut Bobbi Deporter ada tiga tipe gaya belajar siswa, yaitu tive visual, auditorial dan kinestis.

Tipe visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, sedang tipe auditorial adalah tipe belajar dengan cara menggunakan alat pendengarannya, dan tipe kinestetis adalah tipe belajar dengan cara bergerak.

Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru manakala menggunakan pendekatan CTL.

  1. Siswa harus dipandang sebagai individu yang sedang berkembang

  2. setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan

  3. belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui

  4. belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada.


E.   Asas-Asas CTL

CTL sebagi suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL

1. Konstruktivisme

Adalah proses pembangunan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.

2. Inkuiri

Adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Proses inkuiri dilakukan dalam beberapa langkah:

  1. Merumuskan masalah

  2. Mengajukan hipotesis

  3. Mengumpulkan data

  4. Menguji hipnotis berdasarkan data yang ditemukan

  5. Membuat kesimpulan


3. Bertanya (Questioning)

Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir.

Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk:

a)      menggali informasi dan kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran

b)      membangkitkan motvasi siswa untuk belajar

c)      merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuat

d)      memfokuskan siswa pada suatu yang diinginkan

e)      membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep Masyarakat Belajar (Learning Community) dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas CTL, asas ini dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.

5. Pemodelan (Modeling)

Merupakan proses pembelajarn dengan memperagakan sesuatu sebagai conto yang dapat ditiru oleh setiap siswa.

6. Refleksi (Reflection)

Merupakan proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilalui.

  1. 7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)


Adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.

F.   Pola dan Tahapan Pembelajaran CTL

a. Pola Pembelajaran Konvensional

untuk mencapai tujuan kompetensi, guru menerapkan strategi pembelajaran sebagai berikut:

  • Siswa disuruh untuk membaca buku tentang pasar

  • Guru menyampaikan materi pelajaran

  • Guru memberikan kesempatan pada siswa untk bertanya

  • Guru mengulas pokok-pokok materi pelajaran  yang telah disampaikan dan dilanjutkan dengan kesimpulan

  • Guru melakukan post-tes

  • Guru menugaskan kepada siswa untuk membuat karangan sesuai dengan tema “pasar”


Model pembelajaran diatas jelas bahwa sepenhnya ada pada kendali guru.

b. Pola Pembelajaran CTL

untuk mencapai tujuan kompetensi, guru menerapkan strategi pembelajaran sebagai berikut:

  1. Pendahuluan

  2. Inti

  3. Penutup


Pada CTL untuk mendapatkan kemampuan pemahaman konsep, anak mengalami langsung dalam kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah tempat untuk mencatat atau menerima informasi dari guru, akan tetapi kelas digunakan untuk saling membelajarkan. Untuk itu ada beberapa catatan dalam penerapan CTL sebagai suatu strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

  1. CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.

  2. CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata.

  3. Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan.


 

 



Saling menunjang



Menyenangkan, tidak membosankan



Belajar dengan bergairah



Pembelajaran terintegrasi



Menggunakan berbagai sumber



Siswa aktif



Sharing dengan teman



Siswa kritis guru kreatif



Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel,

humor dan lain-lain



Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil

pratikum, karangan siswa dan lain-lain

I. Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah- langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.

Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang

akan dikerjakannya bersama siswanya.

Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.

Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis

kontekstual adalah sebagai berikut.

1. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa

yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok

dan Pencapaian Hasil Belajar.
2. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
3. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
4. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa

5. Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati

partisipasinya dalam pembelajaran.
Anda membaca artikel Pembelajaran Kontekstual dan anda bisa menemukan Anchor Text artikel dengan url https://bloggergagals.blogspot.com/2012/01/pembelajaran-kontekstual.html.


Backlink here..

Description: Pembelajaran Kontekstual Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: Pembelajaran Kontekstual


Shares News - 00.14


Share your views...

0 Respones to "Pembelajaran Kontekstual"

Posting Komentar